Kamis, 19 Februari 2009

JADWAL UJIAN CAWU 1 NON-REGULER

Jum'at 20 Februari 2009 --> Sistem Peradilan Pidana
Sabtu 21 Februari 2009 Pagi --> Politik Hukum Pidana
Sabtu 21 Februari 2009 Siang --> Politik Hukum

Jum'at 27 Februari 2009 --> MPH
Sabtu 28 Februari 2009 Pagi --> HAN
Sabtu 28 Februari 2009 Siang --> Peranan Hk. dalam Pembangunan Ekonomi (masih belum pasti)

Jum'at 6 Maret 2009 jam I --> Sosiologi Hukum
Jum'at 6 Maret 2009 jam II --> Teori dan Filsafat Hukum

Selamat Belajar dan Belajar Bekerjasama.
Semangat !!!

Rabu, 21 Januari 2009

PEMBAGIAN KELOMPOK SOSIOLOGI HUKUM

BERIKUT INI PEMBAGIAN KELOMPOK BESERTA PEMBAGIAN MATERI TUGAS, SEBAGAI BERIKUT:
KEL. NOMOR YANG DIPRESENTASIKAN
1. NOMOR 2 - 6 --> INTRODUCTION + PROLOG BUKU PROF. ESMI
2. NOMOR 7 - 11--> BAG.1 BUKU PROF. ESMI
3. NOMOR 12 - 16--> BAG.2 BUKU PROF. ESMI
4. NOMOR 17 - 21--> BAG.3 BUKU PROF. ESMI
5. NOMOR 22 - 26--> ARTIKEL ANTON BUKU, PROF ARIF SIDARTA
6. NOMOR 27 - 31--> ARTIKEL PROF.TJIP, BUKU PROF ARIF SIDARTA
7. NOMOR 32 - 36--> ARTIKEL PROF. TANDYO, BUKU PROF ARIF SIDARTA
8. NOMOR 37 - 41--> BUKU BIARKAN HUKUM MENGALIR PROF. TJIP
9. NOMOR 42 - 46--> BUKU BIARKAN HUKUM MENGALIR PROF. TJIP
10 NOMOR 47 - 51--> BUKU BIARKAN HUKUM MENGALIR PROF. TJIP

JADWAL KULIAH 23-24/1 09
JUM'AT SORE --> PROF. TANDYO
SABTU PAGI --> PROF. TANDYO
SABTU SIANG --> PROF. JEKIE/ PROF. ETI

Senin, 12 Januari 2009

TERJEMAHAN TUGAS METODE PENELITIAN HUKUM

LAMPIRAN E: Pengantar Metode Ilmiah
Pengantar Metode Ilmiah
I. Empat langkah metode ilmiah
II. Menguji hipotesis
III. Kesalahan umum dalam penerapan metode ilmiah
IV. Hipotesis, Model, Teori dan Hukum
V. Apakah ada keadaan dimana metode ilmiah tidak dapat diterapkan?
VI. Kesimpulan
VII. Referensi
Pengantar Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah proses dimana ilmuwan atau peneliti, secara bersama dan terus menerus, berusaha membangun gambaran dunia yang akurat (yaitu, dapat dipercaya, konsisten dan tidak berubah-ubah).
Kepercayaan personal dan budaya mempunyai pengaruh terhadap persepsi dan interpretasi kita tentang fenomena alam, oleh karena itu kita menggunakan kriteria dan prosedur standar untuk meminimalkan pengaruh-pengaruh tersebut dalam membangun suatu teori. Ilmuwan terkenal mengatakan, "orang pintar (seperti pengacara pintar) dapat memberi penjelasan yang sangat bagus untuk sudut pandang yang keiru." Kesimpulannya, metode ilmiah berusaha mengurangi pengaruh-pengaruh bias atau prasangka dalam diri seorang peneliti dalam melakukan pengujian suatu hipotesis atau teori.
I. Empat langkah metode ilmiah
1. Observasi dan deskripsi suatu fenomena atau kelompok fenomena
2. Formulasi hipotesis untuk menjelaskan fenomena. Dalam Fisika, hipotesis sering dalam bentuk mekanisme kasual atau suatu hubungan matematika.
3. penggunaan hipotesis untuk memperkirakan keberadaan fenomena lain, atau untuk memperkirakan hasil observasi baru secara kuantitatif.
4. Melaksanakan uji eksperimental dari perkiraan-perkiraan oleh beberapa peneliti independen dan penelitian yang dilakukan dengan baik.
Jika penelitian atau percobaan memuat hipotesis maka dapat dianggap sebagai suatu teori hukum alam (lebih lanjut dibahas dalam konsep hipotesis, model, teori dan hukum). Jika penelitian tidak mengandung hipotesis, maka harus ditolak atau diubah. Yang utama dalam deskripsi metode ilmiah barusan adalah kekuatan prediktif (kemampuan untuk mendapatkan lebih dari teori daripada yang akan anda masukkan kedalamnya; lihat Barrow, 1991) terhadap hipotesis atau teori, seperti yang diuji melalui percobaan. Sering dikatakan dalam ilmu pengetahuan bahwa teori tidak pernah bisa dibuktikan, hanya dibantah. Selalu ada kemungkinan bahwa observasi baru atau penelitian baru akan bertentangan dengan teori yang telah lama berdiri sebelumnya.
II. Menguji hipotesis
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, uji eksperimental dapat mengarah pada penegasan hipotesis, atau pembatasan hipotesis. Metode ilmiah mengharuskan bahwa suatu hipotesis dibatasi atai diubah jika perkiraannya secara jelas dan berulangkali bertentangan atau tidak cocok dengan uji eksperimental. Lebih jauh, tidak peduli seberapa elegan suatu teori, perkiraan teori harus sejalan dengan uji eksperimental jika kita akan mempercayai bahwa itu merupakan deskripsi alam yang valid. Dalam Fisika, seperti dalam setiap sains eksperimental, "eksperimen adalah yang tertinggi", dan verifikasi eksperimental prediksi hipotesis mutlak diperlukan. Eksperimen dapat menguji teori secara langsung (sebagai contoh, observasi partikel baru) atau dapat menguji akibat yang timbul dari teori yang menggunakan matematika dan logika (nilai proses kerusakan radioaktif memerlukan keberadaan partikel baru). Perhatikan bahwa kebutuhan akan eksperimen juga berarti bahwa suatu teori harus bersifat dapat diuji. Teori yang tidak dapat diuji, misalnya karena tidak mempunyai percabangan yang dapat diamati (contoh, partikel yang karakteristiknya membuatnya menjadi tidak dapat diamati), tidak memenuhi syarat sebagai teori ilmiah.
Jika prediksi teori yang sudah lama berdiri diketahui bertentangan dengan hasil eksperimen yang baru, terori tersebut dapat dibuang atau dikesampingkan sebagai sebuah deskripsi realitas, namun masih dapat digunakan dalam parameter yang terbatas. Sebagai contoh, hukum mekanika klasik (Hukum Newton) hanya valid jika atau ketika kecepatan benda lebih kecil daripada kecepatan cahaya (yaitu, dalam bentuk aljabar, ketika v/c <<>>10-8m). deskripsi yang valid untuk semua skala diberikan oleh persamaan mekanika quantum.
Kita semua tidak asing dengan teori-teori yang harusnya disisihkan dari muka bukti eksperimen. Dalam bidang astronomi, deskripsi bahwa bumi sebagai pusat tatasurya dijatuhkan oleh sistem Copernican, dimana matahari lah sebagai pusat orbit-orbit planet yang bergerak melingkar. Kemudian, teori ini mengalami perubahan, seiring dengan pengukuran gerak-gerak planet dimana diketahui bahwa pergerakan planet-planet tidaklah melingkar melainkan berbentuk elips, dan gerakan planet ini masih ditirunkan dari hukum Newton.
Kesalahan dalam eksperimen bersumber pada beberapa hal. Pertama, ada kesalahan pengukuran instrumen intrinsik. Karena jenis kesalahan ini memiliki kemungkinan yang sama dalam menghasilkan pengukuran yang lebih tinggi atau lebih rendah secara numeris daripada nilai yang "sebenarnya", maka dinamakan kesalahan acak atau random error. Tidak ada pengukuran, dan kerananya tidak ada eksperimen. Dalam waktu yang sama, dalam sains kita mempunyai standar dalam memperkirakan dan dalam beberapa kasus mengurangi kesalahan-kesalahan yang terjadi. Sehingga menjadi penting untuk menentukan keakuratan dari penghitungan atau pengukuran tertentu dan, ketika menentukan hasil quantitatif, untuk mengutip kesalahan pengukuran. Sebuah pengukuran tanpa kesalahan perkiraan tidaklah berarti. Perbandingan antara eksperimen dan teori dibuat didalam konteks kesalahan eksperimen. Para ilmuwan bertanya, berapa selisih pokok yang dihasilkanm dari prediksi teori? Apakah seluruh sumber sistematik dan kesalahan acak telah diperkirakan dengan benar? Hal ini akan dibahas lebih jauh dalam lampiran pada Analisis Kesalahan dan dalam Statistik Lab 1.
III. Kesalahan umum dalam penerapan metode ilmiah
Seperti disebutkan di awal, metode ilmiah berusaha meminimalisir pengaruh prasangka para ilmuwan atas hasil suatu eksperimen. Yaitu, ketika menguji hiotesa atau teori, ilmuwan dapat mempunyai pilihan suatu pilihan atau pilihan lainnya, dan penting dimana pilihan ini bukan merupakan prasangka atau interpretasinya. Kesalahan yang paling fundamental adalah salah mengira hipotesis untuk menjelaskan suatu fenomena, tanpa melakukan pengujian eksperimental. Kadang "masalah umum" dan "logis" menarik kita sehingga percaya untuk tidak melakukan tes. Ada sejumlah contoh, mulai dari folosofis Yunani sampai saat ini.
Kesalahan lainnya adalah mengabaikan data yang tidak mendukung hipotesis. Idealnya, percobaan terbuka untuk kemungkinan dimana hipotesis itu benar atau tidak benar. Tetapi kadang-kadang, seorang ilmuwan memiliki kepercayaan yang kuat bahwa suatu hipotesis benar (atau salah), atau merasakan tekanan internal atau eksternal untuk mendapatkan hasil spesifik. Dalam kasus ini, mungkin ada kecenderungan psikologis untuk menemukan "sesuatu yang salah", seperti pengaruh sistematis, dengan data yang tidak mendukung perkiraan ilmuwan, sedangkan data yang mendukung perkiraan-perkiraan itu tidak diperiksa dengan teliti. Kita dapat memperoleh pelajaran dimana semua data harus ditangani dengan cara yang sama.
Kesalahan umum lainnya muncul dar kegagalan untuk memperkirakan kesalahan sistematis secara kwantitatif (dan semua kesalahan). Ada bnayak contoh penemuan yang dilewatkan oleh eksperimen yang datanya mengandung fenomena baru, tetapi hanya menjelaskannya dengan latarbelakang sistematis. Sebaliknya, ada banyak contoh "penemuan baru" yang dinyatakan yang kemudian dibuktikan dikarenakan kesalahan sistematis tidak diperhitungkan sebagai "penemuan."
Dalam suatu hal dimana ada percobaan aktif dan komunikasi terbuka diantara anggota-anggota komunitas ilmiah, prasnga individu atau kelompok dapat dihilangkan, karena pengujian eksperimental diulangi oleh para ilmuwan yang berbeda yang mungkin memiliki prasangka yang berbeda. Sebagai tambahan, jenis susunan eksperimen yang berbeda memiliki sumber kesalahan sistematis yang berbeda. Selama satu kurun waktu pengujian eksperimental (biasanya beberapa tahun), suatu konsensus berkembang dalam masyarakat seperti hasil eksperimen yang telah teruji oleh waktu.
IV. Hipotesis, Model, Teori dan Hukum
Dalam fisika atau disiplin ilmu lainnya, kata "hipotesis", "model," "teori" dan "hukum" memiliki konotasi yang berbeda dalam hubungannya dengan tahap penerimaan atau pengetahuan tentang suatu kelompok fenomena.
Sebuah hipotesis merupakan pernyataan yang terbatas tentang penyebab dan pengaruh dalam situasi tertentu; ini juga untuk keadaan pengetahuan kita sebelum melaukan eksperimen dan mungkin sebelum fenomena baru diprediksi. Misalkan saja contoh dari kehidupan sehari-hari, misalnya anda mendapati mobil anda tidak dapat dinyalakan. Anda berkata, "Mobil saya tidak dapat dinyalakan karena baterainya habis." Ini adalah hipotesis pertama anda. Kemudian mungkin anda mengecek apakah lampunya menyala, atau jika suara mesinnya berbeda ketika anda menyalakan kuncinya. Anda sebetulnya perlu memeriksa voltase di terminal baterai. Jika anda menemukan bahwa baterai anda tidak habis (rendah), mungkin anda akan mencoba hipotesis lain "Starternya rusak"; "Ini benar-benar bukan mobil saya.")
Kata model tersedia untuk situasi ketika diketahui bahwa hipotesis memiliki validitas paling kecil. Contoh yang sering digunakan adalah model atom Bohr, dimana, dalam analogi sistem solar, elektron dijelaskan berberak memutari orbit di sekitar nukleus. Ini bukan penggambaran yang akurat atas "seperti apa" atom itu, tetapi model ini sukses menggambarkan energi (tetapi bukan momentum anguler yang tepat) keadaan kuantum elektron dalam kasus sederhana, atom hidrogen. Contoh lainnya adalah hukum Hook (yang disebut prinsip Hook, atau model Hook), yang menyatakan bhawa kekuatan yang terdesak oleh masa yang diberikan ke pegas sebanding dengan jumlah pegas yang terentang. Kita tahu bahwa prinsip ini hanya valid untuk peregangan yang kecil. "Hukum" gagal ketika pegas direntangkan di luar batas elastis (pegas itu bisa rusak). Tetapi, prinsip ini mengantarkan kita ke prediksi gerakan harmonis sederhana, dan, seperti model perilaku pegas, sama bergunanya dalam banyak aplikasi.
Teori teori atau hukum menunjukkan suatu hipotesis, atau kelompok hipotesis yang saling berhubungan, yang telah ditetapkan melalui pengujian eksperimental yang berulang-ulang. Teori dalam fisika telah diformulasikan dalam hal sedikitnya konsep dan persamaan, yang diidentifikasi dengan "hukum alam," yang menekankan kemampuannya untuk diaplikasikan secara universal. Teori dan hukum ilmiah yang diterima menjadi bagian pemahaman kita tentang semua hal dan dasar untuk mengeksplorasi area pengetahuan yang belum dipahami. Teori tidak dengan mudah dapat dibuang; pertama-tama penemuan baru dianggap cocok dengan kerangka teori yang telah ada. Hanya ketika fenomena aru tidak dapat disesuaikan, para ilmuwan menyangsikan teori itu dan mencoba mengubahnya. Validitas yang kita tetapkan untuk teori ilmiah karena menggambarkan realitas dunia fisik berbeda dengan ungkapan yang membuatnya tidak berguna, "Itu hanya teori." Misalnya, tidak mungkin seseorang akan menaiki bangunan yang tinggi tanpa menganggap mereka tidak akan jatuh, dengan berdasarkan "Gravitasi hanya teori."
Perubahan dalam pemikiran dan teori ilmiah terjadi, tentu saja, kadang mengubah pandangan kita tentang dunia (Kuhn, 1962). Apalagi, kekuatan kunci perubahan adalah metode ilmiah, dan penekanannya pada eksperimen.
V. Apakah ada keadaan dimana metode ilmiah tidak dapat diterapkan?
Karena metode ilmiah diperlukan dalam mengembangkan pengetahuan ilmiah, maka sangat berguna untuk memecahkan masalah sehari-hari. Apa yang anda lakukan ketika telepon anda tidak berfungsi? Apakah masalahnya pada hand set, kabel di rumah anda, pemasangan di luar, atau kinerja perusahaan telepon? Proses yang anda gunakan untuk memecahkan masalah ini dapat meliputi pemikiran ilmiah, dan hasilnya mungkin berbeda dengan perkiraan anda sebelumnya.
Seperti seorang ilmuwan yang baik, banyak situasi (di luar sains) dimana dapat diterapkan metode ilmiah. Dari apa yang telah dikatakan di atas, kami menentukan bahwa metode ilmiah bekerja paling baik dalam situasi dimana salah seseorang dapat memisahkan fenomena suatu hal, dengan mengurangi atau menjelaskan faktor-faktor luar, dan dimana seseorang dapat menguji sistem dalam studi secara berulang-ulang setelah membuat batasan, mengontrol perubahan di dalamnya.
Ada keadaan dimana seseorang tidak dapat memisahkan fenomena atau saat seseorang tidak dapat mengulangi menilai/ memperkirakan sesuatu. Dalam kasus seperti ini, hasilnya dapat tergantung pada sejarah situasi. Ini seringkali terjadi dalam interaksi sosial. Misalnya, ketika seorang pengacara membuat argumen di depan hakim di pengadilan, dia tidak dapat mencoba pendekatan lain dengan mengulangi percobaan itu di depan hakim yang sama. Dalam percobaan yang baru, keputusan hakim mungkin berbeda. Bahkan hakim yang sama yang mendengarkan argumen-argumen yang baru tidak dapat diharapkan melupakan apa yang telah mereka dengar sebelumnya.
VI. Kesimpulan
Sulit sekali menghubungkan metode ilmiah dengan sains, proses peyelidikan manusia yang meliputi era modern pada banyak tingkat. Ketika metode muncul secara sederhana dan logis dengan penjelasan, mungkin tidak ada lagi pertanyaan yang lebih kompleks daripada mengetahui bagaimana kita mengetahui sesuatu. Dalam pendahuluan ini, kami menekankan bahwa metode ilmiah membedakan sains dari bentuk penjelasan lain karena ini memerlukan eksperimen yang sistematis. Kami juga mencoba menekankan beberapa kriteria dan praktes yang dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mengurangi pengaruh prasangka individu dan sosial atas penemuan ilmiah. Investigasi metode ilmiah dan aspek praktek ilmiah lain selanjutnya mungkin dapat ditemukan dalam referensi di bawah.
VII. Referensi
1. Wilson, E. Bright. An Intgroduction to Scientific Research (McGraw-Hill, 1952).
2. Kuhn, Thomas. The Structure of Scientific Revolutions (Univ. of Chicago Press, 1962).
3. Barrow, John. Theories of Everything (Oxford Univ. Press, 1991).